MAKALAH RISET OPERASI
A.H.P (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS)
WELDIANTORO
17315113
2TA03
DOSEN:
ASRI WULAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.perkembangan AHP
2.2.Tahapan dalam AHP
2.3.pengertian AHP / Expert Choice
2.4.Aplikasi Area Expert Choice meliputi
2.5.Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
2.6.Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode AHP
2.7.Tahapan Dalam Metode AHP
2.8.Contoh kasus
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang riset operasi dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Depok, 10 Maret 2017
weldiantoro
BAB I
PENDAHULUAN
Metoda Analytic Hierarchy Process (AHP)merupakan teori umum mengenai pengukuran. Empat macam skala pengukuran yang biasanya digunakan secara berurutan adalah skala nominal,ordinal, interval dan rasio.Skala yang lebih tinggi dapat dikategorikan menjadi skala yang lebih rendah, namun tidak sebaliknya. Pendapatan per bulan yang berskala rasio dapat dikategorikan menjadi tingkat pendapatan yang berskala ordinal atau kategori (tinggi,menengah, rendah) yang berskala nominal. Sebaliknya jika pada saat dilakukan pengukuran data yang diperoleh adalah kategori atau ordinal,data yang berskala lebih tinggi tidak dapat diperoleh. AHP mengatasi sebagian permasalahan itu.
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah teknik untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang dapat diambil. AHP dikembangkan oleh Thomas L.Saaty pada tahun 1970-an, dan telah mengalami banyak perbaikan dan pengembangan hingga saat ini. Kelebihan AHP adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dan rasional dalam menstrukturkan permasalahan pengambilan keputusan
1.1.perkembangan AHP
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini digunakan untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberikan nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993)
1.2.Tahapan dalam AHP
1.Menyusun Hirarki
2.Membuat judgement
3.Mengukur konsitensi
4.Melakukan sintesis atau menghitung prioritas
Software yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah berdasarkan AHP adalah:
EXPERT CHOICE 1.3.pengertian AHP / Expert Choice
adalah sebuah perangkat lunak yang mendukung collaborative decision dan sistem perangkat keras yang memfasilitasi grup pembuatan keputusan yang lebih efisien, analitis, dan yang dapat dibenarkan.
Memungkinkan interaksi real-time dari tim manajemen untuk mencapai consensus ondecisions .
1.4.Aplikasi Area Expert Choice meliputi
+ Resource Allocation (Alokasi sumber daya)
+ Vendor Selection (Vendor Seleksi)
+ Strategic Planning (Perencanaan Strategis)
+ HR Management (Manajemen SDM)
- Risk Assessment
- Project Management (Manajemen Proyek)
- Benefit/Cost Analysis (Manfaat / Biaya Analisis)
Metode yang digunakan pada program Expert Choice adalah Analytic Hierarchy Process (AHP).
Expert Choice menyediakan:
- Struktur untuk seluruh proses pengambilan keputusan
- Sebuah tool yang memfasilitasi kerjasama antara beberapa pihak yang
berkepentingan
- Analisis pengambil keputusan
- Meningkatkan komunikasi
- Memberi keputusan yang lebih cepat
- Dokumentasi proses pengambilan keputusan
- Sebuah konsensus keputusan
- Keputusan akhir yang lebih baik dan dapat dibenarkan.
Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.
1.5.Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
1. Aksioma Resiprokal
Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
2. Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma Ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
Kelebihan
1. Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Metode “pairwise comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komperehensif. Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana, membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. “ Pairwaise comparison” AHP mwenggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi, pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya.
Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk
1.7.Tahapan Dalam Metode AHP
Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut
1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah
1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode “pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4. Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).
Metodologi penelitian
Sebagai studi kasus, dilakukan pengumpulan data tentang nilai kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal melakukan perjalanan ke kampus dengan cara wawancara berkuisioner, sebanyak 30 responden. Responden dipilih secara acak sederhana dari data mahasiswa UK Petra. Data tersebut berupa data perbandingan berpasangan dengan skala 1 – 9. Data-data yang terkumpul tersebut diolah dengan metode AHP yang pengolahannya menggunakan program Expert Choice. Data tersebut sebelumnya diuji terlebih dahulu inconsistency ratio-nya (CR) yaitu data yang CR-nya kurang dari 10% yang dianggap konsisten. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dilakukan analisa sensitivitas terhadap prioritas pemilihan alternatif moda yang ada. Analisa sensitivitas ini dilakukan dengan cara trial dan error pada masing-masing faktor. Dengan cara ini dapat dilihat kecenderungannya sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap pergeseran prioritas pemilihan alternatif moda.
Merujuk kembali ke gambar 1, diperlihatkan faktor-faktor dan alternatif-alternatif yang tersusun dalam struktur hirarki. Sebagai tujuan, adalah pemilihan moda pada level 3. Level 1 menyatakan tujuan, sedangkan level 2 menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang berpengaruh dapat dijelaskan sbb.:
1. Faktor Aman
Menunjukkan keamanan dari gangguan selama perjalanan, yaitu rasa aman dari adanya tindakan kriminalitas, keselamatan dari resiko kecelakaan dan dari gangguan lingkungan sekitar yaitu gangguan sebelum dan sesudah melakukan perjalanan.
2. Faktor Nyaman
Merujuk kepada fasilitas yang tersedia selama dalam perjalanan, misalnya perlindungan dari cuaca, tersedianya fasilitas AC, tempat duduk yang nyaman, privasi dari orang lain (yaitu kebebasan untuk melakukan segala sesuatu selama dalam perjalanan) dan suasana tenang selama perjalanan.
3. Faktor Biaya
Meliputi semua biaya langsung yang dikeluar-kan untuk melakukan perjalanan, misalnya biaya bahan bakar minyak dan ongkos untuk angkutan umum, biaya parkir kendaraan, dan lain-lain. Biaya tidak termasuk modal pembelian mobil, dan pemeliharaan.
4. Faktor Waktu
Menyatakan lama waktu untuk melakukan perjalanan, yang di dalamnya mengandung sub faktor ketepatan waktu sampai tujuan, kelancaran selama perjalanan dan kebebasan melakukan perjalanan kapan saja.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang ber-pengaruh serta bobotnya, diharapkan dapat dianalisa program-program yang bertujuan untuk mengurangi kebutuhan lahan parkir di UK Petra.
Dari analisa AHP yang dilakukan, seperti ditunjukkan dalam gambar 2, responden menganggap faktor aman sebagai prioritas utama, yaitu 49,3% atau dua kali lebih penting dari faktor waktu, dan empat kali lebih penting dari faktor biaya dan kenyamanan.
Analisa AHP mengetahui prioritas pemilihan alternatif moda berdasarkan semua pertimbang-an faktor yang dipilih, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.
Untuk prioritas pemilihan alternatif berdasarkan faktor keamanan ini saja, responden lebih menyukai jalan kaki dari pondokan sebagai pemilihan alternatif moda yaitu 31,8%. Sedangkan untuk urutan prioritas terakhir yang menjadi pilihan responden adalah angkutan umum (4,2%), berarti pemilihan jalan kaki dari pondokan hampir 8 kali pemilihan angkutan umum.
Ditinjau dari faktor kenyamanan saja, mobil pribadi menjadi prioritas utama oleh responden dalam pemilihan alternatif moda yaitu sebesar 33,8%. Sedangkan angkutan umum mempunyai bobot paling kecil yaitu 3,5%. Berarti pemilihan mobil pribadi 10 kali pemilihan angkutan umum.
Untuk faktor biaya, biaya perjalanan sangat diutamakan oleh responden daripada biaya parkir, yaitu lima kali lebih penting. Ternyata jalan kaki dari pondokan menjadi alternatif pemilihan moda yang dominan oleh responden dibandingkan alternatif yang lain, yaitu sebesar 40,2%. Mobil pribadi merupakan pilihan terakhir sebesar 4,6%. Jadi pemilihan alternatif jalan kaki dari pondokan hampir 9 kali pemilihan mobil pribadi.
Sedangkan ditinjau dari faktor waktu saja, jalan kaki dari pondokan dinilai oleh responden sebagai alternatif favorit yaitu sebesar 38,4%, sedangkan angkutan umum merupakan pilihan terakhir responden dalam melakukan perjalanan ke kampus sebesar 3,6%. Jadi pemilihan jalan kaki dari pondokan 11 kali pemilihan angkutan umum.
Alternatif jalan kaki dari pondokan merupakan alternatif terpenting bagi responden dalam hal melakukan perjalanan ke kampus. Hal ini dikarenakan dari berbagai faktor perjalanan, alternatif jalan kaki dari pondokan mempunyai kelebihan seperti waktu tempuh yang singkat, biaya perjalanan yang murah, dan tingkat keamanan yang cukup baik.
Pemilihan mobil pribadi dan carpool dinilai mempunyai prioritas yang hampir sama dalam hal melakukan perjalanan ke kampus, disebab-kan adanya faktor waktu dan kenyamanan yang menunjang pemilihan mobil pribadi sedangkan untuk pemilihan carpool ditunjang adanya faktor keamanan dan biaya yang dinilai lebih aman dan murah oleh responden daripada mobil pribadi.
Untuk pemilihan angkutan kampus yang pada kenyataannya belum ada, responden diberi gambaran berupa mini bus kampus dengan fasilitas AC, tempat duduk yang cukup bersih dan nyaman, dan rute perjalanan yang disesuai-kan dengan jam kuliah dan tempat tinggal responden. Ternyata responden cukup menang-gapi adanya mini bus kampus tersebut, karena dianggap cukup aman dan cukup murah.
Sedangkan angkutan umum menjadi pilihan terakhir bagi responden dalam hal melakukan perjalanan ke kampus. Hal ini disebabkan situasi yang kurang aman, kenyamanan yang kurang, waktu yang tidak efisien dan biaya perjalanan yang cukup tinggi.
ANALISA SENSITIVITAS
Untuk menerapan kebijakan yang sesuai dengan tujuan maka dilakukan analisa sensitivitas AHP terhadap masing-masing faktor dari setiap moda yang diteliti. Model (3) hingga (8) merupakan model analisa AHP yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kecenderungan pemilihan masing-masing moda berdasarkan perubahan setiap faktornya.
YMP = 0.180 AMAN + 0.342 NYAMAN + 0.049 BIAYA + 0.193 WAKTU (3)
YCP = 0.198 AMAN + 0.228 NYAMAN + 0.107 BIAYA + 0.088 WAKTU (4)
YAK = 0.172 AMAN + 0.096 NYAMAN + 0.120 BIAYA + 0.051 WAKTU (5)
YAU = 0.045 AMAN + 0.035 NYAMAN + 0.096 BIAYA + 0.036 WAKTU (6)
YSM =0.087 AMAN + 0.096 NYAMAN + 0.228 BIAYA + 0.248 WAKTU (7)
YKO = 0.318 AMAN + 0.202 NYAMAN + 0.401 BIAYA + 0.383 WAKTU (8)
Dimana,
Yi = Prosentase dari alternatif moda i
MP = Mobil pribadi
CP = Carpool
AK = Angkutan kampus
AU = Angkutan umum
SM = Sepeda motor
KO = Jalan kaki dari pondokan
AMAN, NYAMAN, BIAYA, WAKTU = Besarnya prosentase dari masing-masing faktor
Berdasarkan rumus yang diperoleh maka dilakukan analisa sensitivitas yaitu dengan mengubah bobot nilai masing-masing faktor sehingga didapat perubahan bobot nilai masing-masing moda.
Pada tabel 5 dinyatakan hasil analisa sensitivitas terhadap faktor aman dimana dilakukan pengurangan bobot nilai faktor aman dalam arti keamanan ditingkatkan sehingga faktor aman tidak menjadi prioritas utama. Untuk setiap pengurangan sebesar 10% faktor aman, terdapat peningkatan sebesar 0,11% pada moda mobil pribadi, sedangkan angkutan kampus mengalami penurunan sebesar 0,94%. Disini terlihat bahwa angkutan kampus dianggap cukup aman oleh responden.
Pada tabel 6 dapat diketahui perubahan bobot nilai masing-masing moda, bila dilakukan analisa sensitivitas pada faktor waktu. Jika faktor waktu ditingkatkan kepentingannya, misal disiplin terhadap ketepatan waktu ditingkatkan, maka pemilihan mobil pribadi cenderung meningkat.
Untuk setiap peningkatan 10% terhadap faktor waktu menyebabkan peningkatan pada pemilihan mobil pribadi sebesar 0,12%. Sedangkan untuk angkutan kampus mengalami penurunan sebesar 1,03%.
Penurunan bobot nilai pada angkutan kampus menggambarkan bahwa moda tersebut dianggap kurang baik dari segi waktu. Kebijakan yang dapat diambil sehubungan dengan analisa diatas adalah : adanya tempat-tempat pemberhentian untuk angkutan kampus yang jelas dan teratur, disiplin terhadap waktu keberangkatan, rute perjalanan yang banyak sehingga mudah dicapai oleh responden sehingga dapat meningkatkan pemilihan alternatif angkutan kampus.
Tabel 7 menunjukkan hasil analisa sensitivitas terhadap faktor biaya. Untuk setiap 10% peningkatan nilai faktor biaya secara umum, dapat mengakibatkan penurunan terhadap pemilihan mobil pribadi, yaitu sebesar 1,60% dan 0,09% pada angkutan kampus.
Tabel 5. Perubahan Faktor Aman Terhadap Pemilihan Alternatif Moda
AMAN 49,3% 39,3% 29,3% 9,3% -10,00%
FAKTOR
NYAMAN 11,4% 13,6% 15,9% 20,4% +2,25%
SAAT INI PENINGKATAN AMAN
PERUBAHAN BIAYA 12,0% 14,4% 16,7% 21,5% +2,37%
WAKTU 27,3% 32,7% 38,1% 48,8% +5,38%
SAAT INI PENINGKATAN AMAN
PERUBAHAN BIAYA 12,0% 14,4% 16,7% 21,5% +2,37%
WAKTU 27,3% 32,7% 38,1% 48,8% +5,38%
MODA
MP 18,6% 18,7% 18,8% 19,1% +0,11%
CP 16,2% 15,4% 14,7% 13,1% -0,77%
AK 12,4% 11,5% 10,5% 8,6% -0,94%
AU 4,5% 4,6% 4,7% 4,8% +0,07%
SM 14,9% 16,2% 17,4% 19,9% +1,24%
KO 33,2% 33,5% 33,8% 34,3% +0,27%
Tabel 6. Perubahan Faktor Waktu Terhadap Pemilihan Alternatif Moda
AK 12,4% 11,5% 10,5% 8,6% -0,94%
AU 4,5% 4,6% 4,7% 4,8% +0,07%
SM 14,9% 16,2% 17,4% 19,9% +1,24%
KO 33,2% 33,5% 33,8% 34,3% +0,27%
Tabel 6. Perubahan Faktor Waktu Terhadap Pemilihan Alternatif Moda
SAAT INI PENINGKATAN WAKTU PERUBAHAN
WAKTU 27,3% 37,3% 47,3% 67,3% +10,00%
FAKTOR
AMAN 49,3% 42,5% 35,7% 22,2% -6,78%
NYAMAN 11,4% 9,8% 8,3% 5,1% -1,57%
BIAYA 12,0% 10,3% 8,7% 5,4% -1,65%
FAKTOR
AMAN 49,3% 42,5% 35,7% 22,2% -6,78%
NYAMAN 11,4% 9,8% 8,3% 5,1% -1,57%
BIAYA 12,0% 10,3% 8,7% 5,4% -1,65%
MODA
MP 18,6% 18,7% 18,8% 19,1% +0,12%
CP 16,2% 15,1% 14,1% 11,9% -1,06%
AK 12,4% 1,4% 10,4% 8,3% -1,03%
AU 4,5% 4,4% 4,3% 4,0% -0,13%
SM 14,9% 16,3% 17,6% 20,3% +1,35%
KO 33,2% 34,0% 34,7% 36,1% +0,72%
MP 18,6% 18,7% 18,8% 19,1% +0,12%
CP 16,2% 15,1% 14,1% 11,9% -1,06%
AK 12,4% 1,4% 10,4% 8,3% -1,03%
AU 4,5% 4,4% 4,3% 4,0% -0,13%
SM 14,9% 16,3% 17,6% 20,3% +1,35%
KO 33,2% 34,0% 34,7% 36,1% +0,72%
Tabel
7 Perubahan Faktor Biaya Terhadap Pemilihan Alternatif Moda
SAAT
INI
|
PENINGKATAN
BIAYA
|
PERUBAHAN
|
|||||||||||||
BIAYA
|
12,0%
|
22,0%
|
32,0%
|
52,0%
|
+10,00%
|
||||||||||
FAKTOR
|
|||||||||||||||
AMAN
|
49,3%
|
43,7%
|
38,1%
|
26,9%
|
-5,60%
|
||||||||||
NYAMAN
|
11,4%
|
10,1%
|
8,80%
|
6,20%
|
-1,30%
|
||||||||||
WAKTU
|
27,3%
|
24,2%
|
21,1%
|
14,9%
|
-3,10%
|
||||||||||
MODA
|
|||||||||||||||
MP
|
18,6%
|
17,0%
|
15,4%
|
12,2%
|
-1,60%
|
||||||||||
CP
|
16,2%
|
15,6%
|
15,1%
|
14,0%
|
-0,54%
|
||||||||||
AK
|
12,4%
|
12,3%
|
12,2%
|
12,1%
|
-0,09%
|
||||||||||
AU
|
4,50%
|
5,10%
|
5,60%
|
6,70%
|
+0,53%
|
||||||||||
SM
|
14,9%
|
15,8%
|
16,8%
|
18,6%
|
+0,92%
|
||||||||||
KO
|
33,2%
|
34,0%
|
34,8%
|
36,4%
|
+0,79%
|
Tabel
8. Perubahan Faktor Nyaman Terhadap Pemilihan Alternatif Moda
|
|||||||||||||||
SAAT
INI
|
PENINGKATAN
NYAMAN
|
PERUBAHAN
|
|||||||||||||
NYAMAN
|
11,4%
|
8,9%
|
6,4%
|
1,4%
|
-10,00%
|
||||||||||
FAKTOR
|
|||||||||||||||
AMAN
|
49,3%
|
50,7%
|
52,1%
|
54,9%
|
+5,56%
|
||||||||||
BIAYA
|
12,0%
|
12,3%
|
12,7%
|
13,4%
|
+1,35%
|
||||||||||
WAKTU
|
27,3%
|
28,1%
|
28,8%
|
30,4%
|
+3,08%
|
||||||||||
MODA
|
|||||||||||||||
MP
|
18,6%
|
18,2%
|
17,7%
|
16,9%
|
-1,72%
|
||||||||||
CP
|
16,2%
|
16,0%
|
15,8%
|
15,4%
|
-0,76%
|
||||||||||
AK
|
12,4%
|
12,5%
|
12,5%
|
12,6%
|
+0,22%
|
||||||||||
AU
|
4,5%
|
4,6%
|
4,6%
|
4,7%
|
+0,14%
|
||||||||||
SM
|
14,9%
|
15,1%
|
15,2%
|
15,5%
|
+0,55%
|
||||||||||
KO
|
33,2%
|
33,6%
|
34,0%
|
34,8%
|
+1,57%
|
Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi kebutuhan akan lahan parkir yang berarti usaha untuk mengurangi pemilihan mobil pribadi dan mau beralih ke alternatif moda angkutan kampus, maka dapat dibuat suatu kebijakan, yaitu : meningkatkan tarif parkir untuk mobil pribadi
Hasil analisa sensitivitas terhadap faktor nyaman, dinyatakan dalam tabel 8. Perubahan kepentingan faktor kenyamanan dilakukan angkutan kampus misalnya dengan peningkatan fasilitas pada angkutan kampus. Untuk setiap pengurangan 10% (peningkatan fasilitas angkitan kampus 10%), pemilihan moda mobil pribadi mengalami penurunan yaitu sebesar 1.72%. Sedangkan pemilihan moda angkutan kampus mengalami kenaikan sebesar 0.22%.
Melihat kenyataan di atas dapat diambil suatu kebijakan yang dapat mengurangi pemilihan mobil pribadi, seperti: menyediakan fasilitas musik atau televisi sehingga membuat responden lebih dapat menikmati perjalanan.
Dari analisa sensitivitas berdasarkan keempat faktor diatas dapat dilihat bahwa untuk mengalihkan pemilihan mobil pribadi ke angkut-an kampus perlu dibuat kebijakan-kebijakan seperti : peningkatan biaya parkir pada mobil pribadi, penambahan fasilitas musik/televisi pada angkutan kampus, dan pengaturan rute perjalanan, waktu keberangkatan yang teratur pada angkutan kampus.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan dan analisa diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan moda untuk berangkat kuliah adalah faktor keamanan dan faktor waktu yaitu sebesar 49,3% dan 27,3%.
Ditinjau dari segi perjalanan ke kampus, alternatif jalan kaki dari pondokan merupa-kan alternatif yang terbaik dan yang paling diminati oleh responden, yaitu sebesar 33,2%.
Peningkatan keamanan secara menyeluruh akan lebih meningkatkan pemakaian mobil pribadi, yaitu untuk setiap perubahan 10% pemilihan moda mobil pribadi meningkat sebesar 0,11%, sedangkan angkutan kampus mengalami penurunan sebesar 0,94%.
Peningkatan kenyamanan pada angkutan kampus seperti penambahan fasilitas musik/ televisi, akan meningkatkan probabilitas pemilihan moda tersebut. Sehingga dapat mengurangi probabilitas pemilihan mobil pribadi, yaitu untuk setiap peningkatan faktor kenyamanan sebesar 10% akan mengurangi pemilihan moda mobil pribadi sebesar 1,72%. Sedangkan angkutan kampus mengalami kenaikan sebesar 0,22%.
Peningkatan faktor biaya sebesar 10% dapat mengurangi pemilihan moda mobil pribadi sebesar 1,60%. Kebijakan yang dapat diambil sehubungan dengan peningkatan faktor diatas adalah dengan menaikkan tarif parkir untuk mobil pribadi.
Peningkatan bobot nilai pada faktor waktu yang berarti responden semakin mementing-kan ketepatan waktu, kelancaran dalam perjalanan dan kebebasan berkendara kapan saja, akan semakin meningkatkan pemilihan moda mobil pribadi sebesar 0,12%. Sedangkan angkutan kampus mengalami penurunan sebesar 1,03%, hal ini menunjukkan bahwa moda tersebut dianggap kurang baik dari segi waktu sehingga kebijakan yang dapat diambil untuk mengantisipasinya adalah disiplin terhadap waktu keberangkatan, adanya rute perjalanan yang jelas dan teratur untuk angkutan kampus.
Mengingat penggunaan mobil pribadi yang semakin banyak jumlahnya, maka disarankan untuk meningkatkan tarif parkir khusus untuk mobil pribadi, sehingga dapat mengurangi penggunaan mobil pribadi.
Untuk pengadaan angkutan kampus perlu lebih diperhatikan pengaturan rute-rute perjalanan yang jelas dan teratur sehingga ketepatan waktu terjamin, sehingga dapat meningkatkan pemilihan moda tersebut.
Mengingat jalan kaki dari pondokan merupa-kan alternatif terbaik, maka disaran-kan untuk pengadaan asrama kampus.
DAFTAR PUSTAKA
http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-metode-ahp-menurut-para-ahli.html
http://ibelog-pintar.blogspot.co.id/2011/01/apa-itu-expert-choice.html
Olah Data (Analytic Hierarchi Process/AHP) Dengan Expert Choice 11
BalasHapusWhatsApp : +6285227746673
PIN BB : D04EBECB
IG : @olahdatasemarang
Website : http://biro-jasa-spss.blogspot.co.id
Terdaftar Di Google Map Dengan Nama Olah Data Semarang
Casinos That Have the Best Casino in New Jersey? - Dr.
BalasHapusWe rank 남양주 출장샵 and review the best online 강원도 출장마사지 casinos in New Jersey including the best casino sites 광명 출장샵 in New Jersey. See if the best 제천 출장샵 casino in the US has 속초 출장안마 the